Selasa, 18 Oktober 2011

Kakek Kerdil 70 cm, berumur 100 tahun lebih

Inilah Kakek Cebol , Umur 110 tahun Tinggi 70 cm
Keterbatasan fisik yang dialami Iip Jumsari, kakek berusia sekitar 110 tahun dengan tinggi badan sekitar 70 cm, kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan (genetik).


Praktisi medis di Cianjur yang juga Kepala UPTD PMI Kabupaten Cianjur, dr Sanny Sandjaya mengatakan, akibat terhambatnya hormon pertumbuhan, sendi-sendi tulang tidak bisa berkembang normal.


"Ada kemungkinan pertumbuhannya lambat karena bawaan lahir atau genetik. Faktor hormon pertumbuhannya tidak berkembang. Secara normal, pertumbuhan manusia antara usia 0–21 tahun. Jika sudah usia 21 tahun ke atas, tidak terjadi lagi pertumbuhan," ujar Sanny saat dihubungi INILAH.COM, Rabu (28/9/2011).


Iip yang tinggal bersama keponakannya, Edi Junaedi (80) di Kampung Setiamanah RT 01/04 Desa Tanjungsari Kecamatan Sukaluyu Cianjur, memang tergolong unik. Selain usianya sudah mencapai 110 tahun, dia juga memiliki tubuh cebol layaknya anak usia 5-7 tahun. Jari-jari tangan dan kakinya pun mirip bocah ingusan.


Hingga kini Iip belum berumah tangga. Kendati tubuhnya cebol, Iip dikenal pantang menyerah dan mandiri. Dia tidak mau bergantung pada orang lain
Untuk menghidupi kesehariannya, dia berjualan ayam Pelung atau bekisar.


"Lamun aya nu mesen hayam Pelung, Aki milarian. Lumayan kanggo sadidinteun. (Kalau ada yang pesan ayam Pelung, Aki nyari. Lumayan buat sehari-hari," kata Iip.


Iip juga rela pulang pergi Cianjur-Garut demi memenuhi permintaan pembelian ayam pelung dari konsumennya. Dia biasa mengambil ayam Pelung pesanan pelanggannya dari wilayah Cugenang Cianjur.


"Aki mah saukur pang jualkeun hungkul, soalna reuseup kana hayam pelung. (Aki hanya sekadar menjual saja, karena senang sama ayam pelung)," imbuhnya.


Dalam perjalanan menumpang bus dari Cianjur ke Garut atau sebaliknya, Iip mengaku kerap menjadi perhatian penumpang lainnya. Malah tak sedikit kernet bus yang tidak jadi memungut ongkos. "Karunyaeun meureun ka Aki. (mungkin kasihan ke Aki)," imbuhnya.


Tak hanya itu, keterbatasan fisik pun tak membuat Iip minder. Dia dikenal sering menjadi muadzin di masjid di sekitar rumah keponakannya. "Paman saya memang rajin ke mesjid buat adzan," kata Edi Junaedi (80), keponakan Iip.sumber: inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post